Sunday, 11 March 2012

Flu kelelawar

 

Virus influenza berbahaya ternyata tidak hanya menyerang burung dan babi. Para ilmuwan menemukan virus influenza baru yang menginfeksi kelelawar. Waspadalah karena ada potensi menular ke manusia juga.

Di Indonesia virus flu burung atau avian influenza (H5N1) kembali mengancam. Dua kakak beradik di Jakarta Utara dan satu orang di Bandung meninggal akibat terjangkit virus ganas ini. Bahkan Jatim sempat memasang ‘lampu kuning’ karena lima orang suspect flu burung.
Belum berhasil menumpas habis flu burung, kini penelitian menemukan flu sejenis ditemukan pada kelelawar. Salah seorang peneliti, Ruben Donis, mengatakan belum mengetahui dampak virus flu kelelawar bagi kesehatan manusia. "Ini masih terlalu dini," ujarnya.
Pria yang menjabat kepala virologi molekuler dan vaksin di Divisi Influenza Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat ini juga belum bisa memastikan sampai sejauh mana kemungkinan virus flu kelelawar menular ke manusia.
Donis dan tim peneliti Amerika dan Guatemala menemukan virus flu kelelawar setelah mengisolasinya dari kelelawar kecil berbahu kuning di Guatemala. Kelelawar itu adalah jenis pemakan buah.
Penelitan virus flu kelelawar belum sampai tahap memutuskan bahwa kelelawar adalah sumber atau inang virus flu. Para peneliti justru menemukan kelelawar Guatemala membawa sejumlah penyakit yang dapat menyerang manusia dan hewan lokal, seperti infeksi saluran pernapasan akut, rabies, dan virus Marburg.
Menurut Donis, yang menerbitkan penelitiannya dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Sciences akhir Februari 2012, persebaran, kelimpahan, perilaku sosial, dan kemampuan terbang jarak jauh sebenarnya membuat kelelawar cocok sebagai inang penyebar virus.
Virus flu kelelawar diberi nama menggunakan huruf H dan N, seperti H1N1 pada virus flu babi dan H5N1 pada virus flu burung. Setiap huruf mewakili sebuah protein di permukaan virus, yakni hemaglutinin dan neuraminidase.
Namun spesifikasi protein yang dimiliki virus flu kelelawar jauh lebih unik. Virus ini memiliki protein H dengan pengkodean baru, yaitu H17. Virus flu kelelawar juga memiliki protein N yang tampaknya lebih kuno daripada semua jenis virus Influenza A, bahkan dibandingkan virus Influenza B yang hanya menginfeksi manusia.
Sebelumnya, peneliti meyakini telah menemukan semua jenis penularan flu pada binatang, di antaranya pada burung, babi, anjing, kuda, anjing laut dan singa laut. Lima tahun lalu, seorang ahli virus Rusia mengklaim menemukan flu kelelawar, tapi tidak ada buktinya.
Para peneliti tidak dapat menumbuhkan virus flu kelelawar di laboratorium, tetapi mereka menemukan komponen dari virus bisa dipadupadankan dengan virus flu yang umum menyerang manusia. Ini berarti virus flu kelelawar seharusnya mampu melakukan modifikasi ulang sebagaimana sejumlah virus flu berbeda yang sama-sama menginfeksi satu sel yang dapat bertukar komponen dan menciptakan virus baru dengan sifat baru.
Proses serupa terbukti mampu menghasilkan strain virus berbahaya yang menyulut pandemi pada 2009, yakni virus flu babi (H1N1).Donis tidak yakin proses modifikasi virus flu kelelawar bisa terjadi di alam. Sebab, untuk bisa terjadi proses modifikasi, virus flu kelelawar dan virus penginfeksi manusia harus menginfeksi hewan yang sama pada saat yang sama. "Para ilmuwan tidak tahu seberapa besar kemungkinan hal itu terjadi," ujarnya.
Kendati virus flu kelelawar sudah ditemukan, dia mengimbau masyarakat tidak abai dan tetap waspada terhadap perkembangan virus flu burung dan virus flu babi yang terbukti berbahaya bagi manusia.

1 comment:
Write comments